WASPADAI BURN OUT DITENGAH PEKERJAAN YANG OVERLOAD
Aplikasi apa lagi???
Kerjaan apa lagi??
Aplikasi yang kemarin saja belum begitu memahami, sekarang muncul baru lagi.
Pekerjaan yang kemarin saja belum selesai ini sudah datang tugas baru lagi.
Heiduh pusing, jadi males nie…
Kalimat ilustrasi diatas adalah sepenggal febomena yang menunjukkkan indikasi adanya burn out. Lantas apa sih sesungguhnya burn out itu?. Burn out adalah suatu keadaan dimana seseorangmerasakan kelelahan secarafsik, emosi, dan mental yang disebabkan oleh stress yang berlebihan dan berkepanjangan. Sesungguhnya banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami burn out salah satunya adalah pekerjaan yang overload sedang faktor lainnya adalah sebagai berikut:
1. Look of work control .Semua orang memiliki keinginan untuk memiliki kesempatan dalam membuat pilihan, keputusan, menggunakan kemampuannya untuk berfikir dan menyelesaikan masalah, dan meraih prestasi, adanya aturan terkadang membuat karyawan memiliki batasan berinovasi, merasa kurang memiliki tanggung jawab dengan hasil yang mereka dapat karena adanya kontrol yang terlalu ketat dari atasan.
2. Rewarded for work Kurang apresiasi dari lingkungan kerja membuat karyawan merasa tidak bernilai. Apresiasi bukan hanya dilihat dari pemberian bonus (uang), tetapi hubungan yang terjalin baik antara karyawan, karyawan dengan atasan turut memberikan dampak pada karyawan.
3. Breakdown in community Karyawanan yang kurang memiliki rasa belongingness terhadap lingkungan kerjanya (komunitas) akan menyebabkan kurangnya rasa ketertarikan positif di tempat kerja. Seseorang akan bekerja dengan maksiamal ketika memiliki kenyamanan, kebahagiaan yang terjalin dengan rasa saling menghargai tetapi terkadang lingkungan kerja melakukan sebaliknya. Ada kesenjangan baik antara karyawan maupun dengan atasan, sibuk dengan diri sendiri tidak memiliki quality time dengan rekan kerja.
4. Treated fairly Perasaan diperlakukan tidak adil juga merupakan faktor terjadinya burnout. Adil berarti saling mengahargai dan menerima perbedaan. Adanya rasa saling menghargai akan menimbulkan rasa keterikatan dengan komunitas (lingkungan kerja). Karyawan merasa tidak percaya dengan lingkungan kerjanya ketika tidak ada keadilan.
5. Dealing with Conflict Values pekerjaan dapat membuat karyawan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai mereka.
Fenomena burn out ini sesunngguhnya bisa menimpa semua orang, namun lebih spesifik ada beberapa kelompok orang yang memang rentan untuk mnegalami burn out. Siapa sajakah kelompok orang yang rentan mengalami burn out?. Berikut ini adalah sekelompok orang yang rentan mengalami burn out:
● Orang yang mempunyai beban kerja terlalu berat
● Orang yang bekerja di lingkungan yang toxic
● Orang yang tidak mendapatkan penghargaan atas usahanya
● Orang yang mempunyai rutinitas terlalu monoton
Bahkan seorang ahli mngungkapkan bahwa burnout mencerminkan suatu reaksi emosional pada orang-orang yang bekerja pada pelayanan kernanusiaan dan bekerja erat dengan masyarakat. Dari sini terlihat bahwa burnout lebih banyak dialami oleh orang-orang yang pekerjaannya melayani orang lain dan bekerja dengan orang banyak.
Kita sebagai seorang pekerja bisa untuk melakukan skrining awal tentang burn out dengan mengetahui gejala-gejalanya. Dibawah ini adalah beberapa gejala yang membantu kita untuk skrining apakah kita mengalama burn out atau tidak
Gejala Fisik
Ø Sering merasa lelah dan hampa
Ø Daya tahan tubuh rendah
Ø Mudah sakit
Ø Sering sakit kepala dan nyeri otot
Gejala Mental
ü Merasa hampa secara emosi
ü Merasa kalah,gagal dan tidak mampu memenuhi harapan
ü Cenderung ragu
ü Merasa kesepian
ü Merasa tak berdaya
ü Kehilangan motivasi
ü Merasa terjebak di pekerjaan
ü Berlaku sinis terhadap orang lain
ü Berlaku negatif terhadap orang lain
ü Harga diri yang rendah
ü Uring-Uringan
Gejala Perilaku
Ø Menarik diri dari tanggungjawab
Ø Menarik diri dari orang sekitar
Ø Menunda pekerjaan
Ø Butuh waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas
Ø Menggunakan makanan, obat atau alkohol untuk survive
Ø Melampiaskan rasa frustasi pada orang sekitar
Ø Datang terlambat, lebih cepat pulang atau bolos kerja
Harapannya setelah kita skrining gejala burn out kitapun mampu untuk mengatasinya. Ada beberapa cara efektif untuk mengantisipasi burn out. Mengapa burn out ini harus diatasi secepatnya karena jika tidak segera teratasi akan mengganggu performance/kinerja baik individua tau organisasi. Sebelum diuraikan tentang cara mengatasi burn out berikut akan disajikan bagan/dimensi terjadinya burnout menurut Baron & Greenberg, 1990.
Dimensi Burnout Menurut Baron & Greenberg, 1990.
Bagan diatas menjelaskan tentang bagaimana burn out terjadi, akibatnya serta efek yang ditimbulkan. Karena efek yang ditimbulkan tidak main-main maka disini akan sangat penting untuk mengatasi burn out. Berikut adalah cara-cara efektif yang bisa dilakukan untuk mengatasi burnout:
Cara Mengatasi Burnout menurut Dzilhaq. (2021) :
1. Ciptakan lingkungan kerja atau belajar yang kondusif. Sebuah penelitian dari Galletta, et. al. (2016) melaporkan bahwa lingkungan dapat menjadi faktor psikososial dalam terjadinya burnout. Kita dapat mengubah design dan layout ruang kita dengan hiasan yang paling kita sukai, contohnya dengan memberi tanaman hias dan memberi parfum beraroma kopi sangrai yang dapat mengurangi ketegangan saat bekerja, sehingga kenyamanan kerja didapat dan kinerja stabil.
2. Bersikap asertif. Tidak ada orang yang suka bila diberi beban kerja yang berat, apalagi bila sampai tidak bisa beristirahat. Maka dari itu, bersikap asertif dan menyatakan keluhan karena merasa burnout adalah tindakan yang benar. Sikap asertif adalah kemampuan diri dalam berkomunikasi secara jujur, tegas, dan lugas, tetapi tetap mampu menghargai perasaan orang lain, contohnya bila diberi karyawanan atau tugas yang memang membutuhkan banyak orang dan bantuan peralatan, maka kita sebaiknya meminta untuk disediakan apa saja yang dibutuhkan untuk memudahka pelaksanaan kerja atau tugas, hal ini untuk menghindari burnout yang kemungkinan terjadi selama kita bekerja.
3. Quality time. Meluangkan waktu untuk membuang emosi negative dengan melakukan hobi yang kita miliki atau sejenak bermeditasi dan benar-benar melepaskan beban.
Semoga dengan kita memahami terjadinya fenomena burn out kita semua dapat terhindar dari yang namanya burnout, sehingga akhirnya mampu membuat kita bekerja dengan all out dan pastinya akan menghasilkan kinerja yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA:
Baron, R.A. & Greenberg, 1. 1990. Behaviour in Organization: Understanding and Managing The Human Side a/Work. 3ed. Allyn & Bacon. New York.
Maslach, C. (2001). What Have We Learned About Burnout and Health? Psychology and Health, 16 (5), 607-611.
Maslach, C., & Leiter, M. P. (2016). Understanding the burnout experience: recent research and its implications for psychiatry. World Psychiatry, 15(2), 103–111. https://doi.org/10.1002/wps.20311.
Rosyid, FH. (1996). Burnout (Penghambat Produktivitas Yang Perlu Dicermati). Buletin Psikologi Tahun IV No 1. 19-25
Jika Anda merasa ada yang kurang dalam diri Anda atau merasa sedang difase burnout maka silahkan hubungi layanan kesehatan kami. LAYANAN KESEHATAN MENTAL (Lakon Kental) baik secara online maupun offline. Secara Online bisa melalui TANYA LITA (089652764893) yang kemudian akan disambungkan pada konselor BKPSDM Kabupaten Demak.
(BKPSDM-Nur Chasanah)